Dear Mommy

Hai Mom, sesekali aku ingin menuliskan catatan tentangmu. Apapun itu, tak harus tentang bagaimana Mommy selalu berjuang untuk kehidupan kita. Tapi, kali ini aku ingin bercerita tentang apapun yang membuat dada ini sesak, Mom.

Mom, maafin aku ya, tadi sewaktu kita pergi berdua aku masih saja tidak bisa mengendalikan segala amarah dan rasa yang bergejolak dihati. Hasilnya menyedihkan, acara belanja bulanan bareng yang tidak selalu bareng setiap bulan hancur total. Sepanjang kita berbelanja hanya membisu. Aku pasti salah ya Mom? Maafin aku ya udah bikin Mommy sedih atau merasa kecewa sama aku. Aku gak bermaksud seperti itu, Mom. Aku sayang sama Mommy.

Mom, boleh aku ceritakan semua keluh kesahku padamu? Hari ini aku datang ke kampus, Mom. Ketemu dengan anak yang satu bimbingan sama dosenku. Anak itu beberapa minggu yang lalu baru di Bab 1, dan dia lebih dahulu seminar proposal dibandingkan aku. Senyumnya kecut, Mom. Dia seperti meledekku. Tak habis pikir rasanya ketika seperti semua mengejekku yang tak juga seminar proposal untuk skripsiku. Sepertinya mereka menjadikan seminar proposal sebagai tolak ukur keberhasilan. Padahal, dosen selalu bilang yang terpenting adalah sidang akhir, bukan seminar. Tapi, tak apa Mom. Mungkin aku hanya belum siap untuk seminar, atau seperti kata dosenku Mom, aku harus banyak-banyak membaca tentang skripsiku ini.

Mom, aku lagi cekak. Dompetku tiris dan menyedihkan. Sedari kemarin aku berdo’a kepada Allah untuk memberikan kebaikan untukku. Tak melulu uang, tapi kesehatan dan rezeki yang lancar untuk Mommy. Beberapa bulan ini Mommy banyak membantuku dalam keadaan yang kurang enak ini. Mommy selalu menyuntikkan dana untuk kehidupan sehari-hari. Rasanya malu, Mom. Gimana mau jumawa didepan Mommy kalau akhirnya aku harus menyerah dan meminta pertolongan Mommy.  Padahal, selama aku bekerja dari lulus SMK aku sudah janji untuk tidak menganggu Mommy lagi. Aku minta maaf yah, Mom masih suka merepotkan Mommy. Dan terima kasih untuk bantuan yang selalu Mommy berikan untukku.

Mom, setiap orang yang mendengarku memanggil namamu dengan sebutan Mommy atau Momsky pastilah menertawaiku. Mereka menganggap kita wong ndeso yang harusnya dipanggil Emak, Simbok, atau lainnya. Bukan aku mau sok begayaan Mom. Hanya saja, sehubungan dengan kenyamanan yang ada, aku lebih suka manggil Mommy. Keren menurutku. Mommy gakpapa, kan?

Mom, ini sudah akhir tahun. Yang mana awal tahun aku harus menghadapi kerjaan segambreng-gambreng itu. Rasanya penat banget, Mom. Belum puas aku menikmati waktu yang ada. Tapi, aku tidak boleh jadi orang seperti itu kan, Mom? Aku harus bersyukur dengan keadaan dan waktu apapun kan, Mom? Iya, maafin aku yang masih aja suka mengeluh. Tapi Mom, terima kasih untuk liburan menyenangkan di tahun ini. Akhirnya, Mimpi selama lebih dari 17 tahunan bisa terwujud menjadi nyata. Yap, kita pergi ke Bali. Walaupun Mommy pernah kesana, tapi setidaknya Mommy tidak mengeluh bosan kesana lagi untuk mengajakku. Jadi rencana tahun depan kita harus realisasikan yah, Mom! Iya.. hayuk kita jalan ke Singapore atau Malaysia yuk, Mom! Insya Allah kalau ada rezeki dan waktunya kita berangkat kesana yah, Mommy.

Mom, aku ngelanjutin ngerjain revisi proposal penelitianku dulu yah, Mommy. Walaupun belum juga sidang proposal, tidak apa-apa Mom. Aku masih terus berusaha, dan mencoba (mencintai) menikmati prosesnya. Doa’in aku yah, Mommy.

Selamat tidur, Mom. Mimpi indah yah. Terima kasih untuk waktu bersamanya selama ini.

Love you so much, Mom. I love you from the deepest of my heart. Good night, sweet dream.

 

With love,

sign

Ndue.

Jakarta, 08 Nopember 2014

00.19 A.M

2 thoughts on “Dear Mommy

Leave a comment