Masuk setengah hari, dan pulang mampir ke rumah kenangan untuk bernostalgia.

Rumah tersebut adalah kontrakan dua petak yang setia mendampingi keluarga kami dari tahun 1993 sampai 2007 (14 tahun) Bapak saat itu belum bisa menyewa rumah yang lebih baik lagi karena kondisi keuangan kami yang belum mumpuni.

Sampai 14 tahun lamanya tinggal di kontrakan tersebut. Makan, tidur, bercengkrama, dan masak pun diruangan itu. Panas sumpek semua tidak terasa karena itulah rumah ternyaman yang ada di dunia ini.

Sampai akhirnya karena suatu hal kami pindah ke tempat yang lebih baik lagi. Rasanya, seperti mimpi.

Tadi sengaja mampir untuk mengenang apapun ceritanya. Bertemu dengan orang yang bercerita sambil menahan tangis. Entah kenapa mereka menahan tangis tersebut. Rindu akan keadaan dulu katanya. Atau, mengenang Bapak saya yang dinilai orang paling nerimo di dunia ini. Orang yang tidak pernah komplain atau bertanya kepada Allah kenapa kehidupan yang dijalaninnya sedemikian susahnya.

Bahkan, makan dengan ayam saja kalau bukan tetangga yang memberikan kami tidak bisa makan seenak itu. Dan bapak tidak pernah komplain akan hal tersebut. Sehari sebelum dia meninggalkan kami untuk selamalamanya dia bahkan menangis meminta maaf kepada saya dan mama atas kehidupan yang selama ini dia bisa hadirkan untuk kami. 😦

Tadi ada tetangga yang rumahnya sekarang ditempati adalah rumah saya dulu. Mendadak dia nunjuk ke suatu titik.

“Dulu kamu belajarnya menghadap kesana. Terus kamu belajarnya ditungguin sama bapak kamu. Rasanya baru kemarin sekarang bapak kamu dah gak ada, Ndue. Insya Allah dia udah ditempat terbaik. Kamu gak lupa kan semua yang ada disini?”

Dan pecahlah tangis saya. Saya benarbenar tidak bisa menahan sesak yang membuncah bagaimana bapak dulu dengan setia menunggu saya belajar dari awal masuk SMK sampai lulus. Dia selalu bilang maaf karena tidak bisa mengajari saya tetapi dia bisa membantu menyemangati saya karena yang dia mau hanyalah dia bisa melihat saya lulus setiap jenjang pendidikan dengan sebaikbaiknya dan saya harapan satusatunya bisa mengubah cerita hidup keluarga saya.

Sampai dia meninggal pun, saya merasa belum bisa membahagiakan dia. Saya hanyalah menjadi seorang anak perempuan yang bermimpi untuk mewujudkan keinginan bapak mamanya dewasa nanti.

Hari ini saya belajar, bahwa masa lalu tidak bisa ditinggalkan atau dilupakan. Masa lalu adalah dimana diri kita terbentuk. Tanpa masamasa itu saya tidak bisa untuk tidak mengucap rasa syukur kepada Allah, Bapak dan Mama yang menghadirkan saya ke dunia ini.

Terima kasih untuk setiap detik kehidupan ini. Alhamdulillah. Selamat tinggal 2015, saya siap menyambut 2016.

Regards,

Ndue.

View on Path

Leave a comment